
Hadji Agus Salim
The Grand Old Man
Mengenal Yayasan Hadji Agus Salim
Yayasan Hadji Agus Salim berdiri pada 29 Januari 1955 di Jakarta yang bertujuan untuk melanjutkan pekerjaan dan usaha Hadji Agus Salim di lapangan penyiaran, pengajaran, dan pendidikan.
Tujuan dan Sifat Yayasan Hadji Agus Salim
Pada Pasal 2 Akta Pendirian, yayasan tertulis,
"Tudjuan Jajasan ini ialah: melandjutkan pekerdjaan dan usaha Yang Mulia Hadji A. Salim sebagai jang ditjita-tjitakan beliau dilapangan penjiaran, pengadjaran dan pendidikan Agama Islam."
Mengingat tujuan yayasan, nyatalah bahwa yayasan semata-mata bersifat alat yang perlu untuk mencapai tujuan itu, yaitu tujuan yang guna dan faedahnya tidak untuk suatu badan dan golongan, melainkan untuk masyarakat seluruhnya dan kemanusiaan seumumnya. Di samping sifatnya sebagai suatu badan sosial yang tidak mendasarkan usaha atas perhitungan-perhitungan komersil, yayasan ini bersifat non-political, artinya berhadapan dengan soal-soal politik yayasan tidak menentukan sikap dan tidak memilih pendirian apapun dan yang manapun. Ia bukanlah bagian dari suatu partai politik dan tidak mempunyai sangkut paut dengan pekerjaan "dunia politik".
Sebagai suatu badan yang memilih lapangan penyiaran, pengajaran, dan pendidikan Agama Islam menjadi tugasnya, untuk kesempurnaan usahanya tidaklah mungkin ia memilih dan menentukan satu tempat atau satu asas pendirian partai politik bagi dirinya.
Sususan Kepengurusan
Pembina
-
Agustanzil Sjahroezah (Ketua)
-
Prof. DR. Emil Salim
-
Aidil Chandra Salim
-
Prof. DR. Fasli Jalal
Pengawas
-
DR. Aries Muftie (Ketua)
-
Endang Soedjono
-
Agustina Salim Sutriesno
Pengurus
-
Ketua Umum: M.A. Ramadhan C. Salim
-
Ketua I Bid. Pengabdian Masyarakat: Soraya Salim
-
Ketua II Bid. Komunikasi & Publikasi: Arsyana Larasati
-
Ketua III Bid. Pengembangan Usaha: Jurian
-
Sekretaris Umum: Burmalis Ilyas
-
Wakil Sekretaris Umum: DR. Sidra Tahta Mukhtar
-
Bendaraha Umum: Adi Ilham Salim
5 Pemikiran Hadji Agus Salim
Hadji Agus Salim, The Grand Old Man yang dikenal sebagai jurnalis, ulama, dan diplomat mewariskan banyak pemikiran yang masih sangat relevan hingga saat ini.
01
Pentingnya Persatuan dan Kesatuan
Dalam konteks Indonesia yang majemuk, ajaran ini terus dipegang teguh sebagai salah satu pilar dasar dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, serta tercermin dalam prinsip Bhineka Tunggal Ika
02
Pendukung Kemerdekaan Indonesia
Sebagai anggota pergerakan kemerdekaan, Agus Salim memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mempersatukan berbagai kelompok dengan ideologi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama: kemerdekaan Indonesia.
03
Pentingnya Pendidikan dan Keadilan
Hadji Agus Salim sangat menghargai pendidikan sebagai sarana untuk mencerdaskan bangsa. Ia berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah kunci bagi kemajuan suatu bangsa dan ini relevan dalam upaya pembangunan kualitas pendidikan di Indonesia.
04
Pentingnya Etika dan Integritas dalam Kepemimpinan
Dalam kepemimpinan Hadji Agus Salim, Integritas, kejujuran, dan etika yang baik dijadikan sebagai acuan dalam memimpin dan berorganisasi baik dalam pemerintahan maupun sektor lainnya. Nilai ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan bangsa.
05
Dialog Antarbangsa dan Diplomasi
Hadji Agus Salim dikenal sebagai pejuang kemerdekaan dan diplomat ulung. Ia berperan penting dalam membangun hubungan Indonesia dengan dunia internasional, terutama dalam meraih pengakuan kemerdekaan. Prinsip demokrasi yang diusung seperti pentingnya komunikasi konstruktif dan penghargaan terhadap hak asasi manusia, masih relevan dengan kebijakan luar negeri Indonesia hingga saat ini.
New Book
Hadji Agus Salim
The Grand Old Man
Jurnalis, Ulama, Diplomat

PROJECTS














